SoalPTS / UTS PAI dan BP Kelas 2 SD Semester 2 Kurikulum 2013 Revisi 2021. Nah, itulah contoh naskah soal PTS PAI BP Kls 2 Semester 2 K13 yang cukup kopikan pada edit sesuai keperluan anda, dan soal tersebut berisikan 3 bagian, pilihan ganda, jawaban singkat dan uraian atau essay yang mana untuk tikat 2 kita anggap sudah layak dan
Ketika seseorang bertanya bagaimanakah sumbangsih para sahabat terhadap Al-Qur’an. Tentu dengan mudah kita menjawab dengan bukti adanya pembukuan Al-Qur’an di masa pemerintahan Utsman bin Affan. Selain itu, adanya data terperinci mengenai sebab turunnya Al-Qur’an hingga pengelompokan Makkiyah dan Madaniyah adalah bukti perhatian para sahabat kepada Al-Qur’an. Mengenai metode pengelompokan Makkiyah dan Madaniyah dari setiap Surat Al-Qur’an tentu kita harus merujuk kepada penuturan para sahabat. Hal ini dikarenakan para sahabat adalah saksi hidup dari turunnya setiap ayat dalam Al-Qur’an sebagaimana ungkapan sahabat Ibnu Mas’ud عن عبد الله بن مسعود قال والله الذي لا إله غيره ما أنزلت سورة من كتاب الله إلا أنا أعلم أين أنزلت ولا أنزلت آية من كتاب الله إلا أنا أعلم فيما أنزلت ولو أعلم أحدا أعلم مني بكتاب الله تبلغه الإبل لركبت إليه Diceritakan dari Abdullah bin Mas’ud, beliau berkata “Demi Allah, Dzat yang tidak ada tuhan selain Dia, tidak ada satupun surat dari kitabullah Al-Qur’an kecuali aku mengetahui di mana surat tersebut diturunkan, dan tidak diturunkan satu ayat dari kitabullah kecuali aku mengetahui dalam masalah apa sebab diturunkan. Seandainya ada seseorang yang lebih mengetahui Al-Qur’an lebih dariku dan ia dapat didatangi dengan mengendarai unta niscaya aku akan mendatanginya” HR al-Bukhari. Dalam pengelompokan surat Makkiyah dan Madaniyah, para ulama melihat dari segi hukum mayoritas ayat yang terkandung di dalamnya. Maka, yang dinamakan surat Makkiyah adalah surat yang kebanyakan atau seluruh ayatnya dihukumi Makkiyah. Begitu juga sebaliknya, yang dinamakan surat Madaniyah adalah surat yang kebanyakan atau seluruh ayatnya dihukumi Madaniyah. Hal ini dikarenakan ada sebagian surat yang dihukumi Makkiyah meskipun sebagian ayat di dalamnya dihukumi ayat Madaniyah. Begitu juga sebaliknya, ada sebagian surat yang dihukumi Madaniyah meskipun sebagian ayat di dalamnya dihukumi ayat Makkiyah. Lantas dalam hal ini, para ulama menetapkan ada tiga metode untuk menentukan ayat Makkiyah dan Madaniyah dalam Al-Qur’an berdasarkan riwayat para sahabat, yaitu Pertama, memakai acuan waktu sebagai penanda Makkiyah dan Madaniyah. Sebagian ulama mengartikan Makkiyah adalah setiap ayat Al-Qur’an yang diturunkan sebelum Nabi hijrah dan menetap di kota Madinah. Sedangkan Madaniyah adalah setiap ayat Al-Qur’an yang diturunkan setelah Nabi hijrah dan menetap di kota Madinah. Pendapat ini diusung oleh Yahya bin Salam at-Tamimi w. 200 H, seorang ulama pakar Al-Qur’an dari kota Bashrah yang berguru kepada lebih dari 20 ulama tabi’in. أخرج عثمان بن سعيد الرازي بسنده إلى يحيى بن سلام، قال ما نزل بمكة وما نزل في طرق المدينة قبل أن يبلغ النبي المدني فهو من المكي “Diceritakan oleh Utsman bin Sa’id ar-Razi bahwa Yahya bin Salam mengatakan ”Setiap ayat yang turun di kota Makkah ataupun yang turun di jalan-jalan di sekitar kota Madinah sebelum hijrahnya Nabi ke kota Madinah, maka ia termasuk dari Makkiyah”. Syekh Abdul Wahab Ghazlan, Fahm Judzr al-Bayan, Kairo Maktabah al-Aiman, 2018, Dari pendapat ini, syekh Abdul Wahhab Ghazlan mengelompokkan ayat yang turun selama Nabi dalam perjalanan hijrah menuju kota Madinah sebagai ayat Makkiyah. Karena ketika itu Nabi belum sampai dan menetap di kota Madinah. Begitu juga, beliau mengelompokkan ayat yang turun ketika pembebasan kota Makkah dan haji wada’ sebagai ayat Madaniyah meskipun diturunkan di daerah kota Makkah. Karena ketika itu Nabi telah hijrah dan menetap di kota Madinah. Kedua, memakai acuan tempat sebagai penanda Makkiyah dan Madaniyah. Sebagian ulama mengartikan Makkiyah adalah setiap ayat Al-Qur’an yang diturunkankan di kota Makkah dan daerah di sekitarnya seperti dataran Arafah, dataran Mina dan desa Hudaibiyah. Sedangkan Madaniyah adalah setiap ayat Al-Qur’an yang diturunkan di kota Madinah dan daerah sekitarnya seperti daerah Badar, gunung Uhud, dan gunung Sil’ah Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an, Kairo Haiah al-Mishriyyah al-Ammah, 1974, hal. 37. Dari pendapat ini, sebagian ulama mengelompokkan ayat yang turun di daerah Mina sebagai ayat Makkiyah. Hal ini melihat dari letak geografis tanah Mina yang lebih dekat dengan kota Makkah. Begitu juga ayat yang turun di sekitar gunung Uhud sebagai ayat Madaniyah. Hal ini melihat letak geografis gunung Uhud yang lebih dekat dengan kota Madinah. Ketiga, memakai acuan kata tunjuk dalam ayat sebagai penanda Makkiyah dan Madaniyah. Sebagian ulama mengartikan Makkiyah adalah surat Al-Qur’an yang di dalamnya ada ayat yang diawali dengan kalimat “Wahai manusia..”. Sedangkan Madaniyah adalah surat Al-Qur’an yang di dalamnya ada ayat yang diawali dengan kalimat “Wahai orang-orang beriman..”. Pendapat ini bersumber dari penuturan sahabat Abdullah bin Mas’ud عن ابن مسعود قال كل شيء نزل فيه يا أيها الناس فهو بمكة، وكل شيء نزل فيه يا أيها الذين آمنوا فهو بالمدينة Diriwayatan dari Ibnu Mas’ud, beliau berkata “Setiap surat Al-Qur’an yang diturunkan dan di dalamnya terdapat perintah “Wahai manusia..” maka termasuk Makkiyah. Sedangkan setiap surat Al-Qur’an yang diturunkan dan di dalamnya terdapat perintah “Wahai orang-orang beriman..” maka termasuk Madaniyah. Pendapat ini menegaskan bahwa mayoritas penduduk kota Makkah sebelum Nabi hijrah adalah orang-orang musyrik. Oleh karena itu Al-Qur’an memperingatkan mereka dengan kalimat “Wahai manusia…” Sedangkan mayoritas penduduk kota Madinah setelah Nabi hijrah adalah orang-orang beriman oleh karena itu Al-Qur’an memperingatkan mereka dengan kalimat “Wahai orang-orang beriman...” Mayoritas ulama Al-Qur’an termasuk Imam Suyuthi, Imam Zarkasyi, dan selainnya memilih pendapat pertama sebagai definisi Makkiyah dan Madaniyah yang paling tepat. Hal ini dikarenakan pendapat pertama dapat membatasi Makkiyah dan Madaniyah secara menyeluruh. Sedangkan pendapat kedua dinyatakan lemah karena tidak dapat mengakomodasi ayat yang diturunkan jauh dari kota Makkah dan Madinah. Misal contoh QS Al-Isra’ ayat pertama yang diturunkan di Baitul Maqdis ketika Nabi melaksanakan Isra’ dan Mi’raj. Sebagaimana dalam hadits disebutkan عن أبي أمامة، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أنزل القرآن في ثلاثة أمكنة بمكة، والمدينة، والشام “Diceritakan dari Abu Umamah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, Al-Qur’an diturunkan di tiga tempat, yaitu, Makkah, Madinah, dan Syam Baitul Maqdis’,” HR at-Thabrani. Begitu juga pendapat ketiga dinyatakan lemah karena tidak dapat mengakomodasi surat Al-Qur’an yang di dalamnya tidak terdapat kalimat “Wahai manusia..” maupun kalimat “Wahai orang-orang beriman”. Misal contoh surat Asy-Syams dan sebagian besar surat-surat pendek dalam juz 30. Muhammad Tholhah al Fayyadl, Mahasiswa jurusan Ushuluddin Universitas al-Azhar Mesir, alumnus Pondok Pesantren Lirboyo
Periodedakwah sebelum Nabi Muhammad Saw hijrah disebut periode Mekkah, sedangkan periode dakwah setelah beliau hijrah dikenal sebagai periode Madinah. Demikian pula pembagian surah-surah Al-Qur’an yang turun sebelum hijrah disebut surah-surah Makkiyah, sedangkan yang turun setelah hijrah disebut surah Madaniyah. d. Dewan Pemilihan Khalifah Al-Quran sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw selalu menarik untuk dikaji baik secara conten maupun secara historisitasnya. Berbagai kajian tafsir maupun ulum al-QurÉn telah telah dilalui oleh para ulama terdahulu maupun zaman sekarang dalam rangka untuk memahami al-Quran. Tentunya kajian Ilmu Makky dan Madany sebagai salah satu disiplin ilmu al-Quran juga turut menyertai setiap kajian ilmu al-QurÉn dan TafsÊr. Secara histori telah kita ketahui bersama bahwa Rasulullah Saw menghabiskan waktunya hidup di Makkah, baik sebelum diutus menjadi nabi dan Rasul maupun sesudahnya. Setelah adanya intimidasi dari kaum kafir Quraisy, beliau memutuskan untuk hijrah ke Madinah sampai beliau wafat. Sedangkan Diturunkan diturunkan saat Rasulullah Saw berada di kota-kota, pedesaan, gunung-gunung, bukit-bukit, lembah-lembah, lereng-lereng, serta dalam keadaan waktu yang berbeda, seperti malam, siang, musim dingin, musim panas maupun dalam keadaan damai atau bahkan saat Rasulullah berperang. Atas dasar inilah para ulama memberikan perhatian yang sangat besar terhadap al-QurÉn. Mereka meneliti Diturunkan ayat demi ayat dan surat demi surat untuk disusun sesuai dengan nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Bahkan lebih dari itu, mereka mengumpulkannya sesuai dengan waktu, tempat dan pola kalimat. Cara demikian merupakan ketentuan cermat yang memberikan gambaran mengenai penyelidikan ilmiah tentang ilmu Makki dan Madani. Perhatian terhadap ilmu Diturunkan menjadi bagian terpenting dibanding berbagai ilmu yang lain. Termasuk di dalamnya membahas tentang nuzulnya suatu ayat, tempat nuzulnya, urutan turunnya di Mekkah atau di Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tetapi termasuk kelompok Madani atau ayat yang diturunkan di Madinah tetapi masuk dalam kategori Makki, dan sebagainya. Diantara perhatian yang luar biasa dalam memahami Makiyyah dan Madaniyah seperti yang dikatakan oleh Ibn Mas’Ëd “Demi Allah. Tidak Ada Tuhan selain Dia. Tidak diturunkannya satu ayat pun dari kitab Diturunkan, kecuali saya mengetahuinya. Di mana diturunkan, jika saya tahu, bahwa ada seseorang yang lebih tahu daripada saya tentang kitab Allah, meskipun misalnya itu disampaikan oleh Onta, niscaya saya akan mengunjunjunginya"A Pengertian Makkiyah dan Madaniyah Para sarjana muslim mengemukakan empat perspektif dalam mendefinisikan terminologi makkiyah dan madaniyah. Keempat perspektif itu adalah : 1. Masa turun (zaman an-nuzul) 2. Tempat turun (makan an-nuzul) 3. Objek pembicaraan (mukhathab) 4. Tema pemmbicaraan (maudu’) 1.
Para ulama terdahulu sangat memandang penting pembahasan Makkiyah dan Madaniyah. Bahkan mereka mengelompokkan kajian-kajian mendalam dalam hal Makkiyah dan Madaniyah ini. Ada pun objek kajian para ulama tentang surat atau ayat yang diturunkan di Mekkah atau Madinah serta yang menjadi perselisihan yaitu Ayat-ayat Makkiyah dalam surat-surat Madaniyah Tidak mesti dalam surat Madaniyah semua ayat-ayatnya Madaniyah, begitu pula sebaliknya. Ada beberapa surat Madaniyah terdapat ayat Makkiyah dan ada pula surat Makkiyah terdapat di dalamnya ayat Madaniyah. Seperti surat Al-Hajj, dia merupakan surat Madaniyah di dalamnya terdapat empat ayat Makkiyah, yaitu ayat 52-55. وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٖ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّآ إِذَا تَمَنَّىٰٓ أَلۡقَى ٱلشَّيۡطَٰنُ فِيٓ أُمۡنِيَّتِهِۦ فَيَنسَخُ ٱللَّهُ مَا يُلۡقِي ٱلشَّيۡطَٰنُ ثُمَّ يُحۡكِمُ ٱللَّهُ ءَايَٰتِهِۦۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٞ ٥٢ Sampai kepada perkataan Allah SWT, وَلَا يَزَالُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ فِي مِرۡيَةٖ مِّنۡهُ حَتَّىٰ تَأۡتِيَهُمُ ٱلسَّاعَةُ بَغۡتَةً أَوۡ يَأۡتِيَهُمۡ عَذَابُ يَوۡمٍ عَقِيمٍ ٥٥ Contoh lain terdapat dalam surat Al-Anfal yang merupakan Madaniyah terdapat satu ayat makiyah yaitu ayat 30. Surat At-Taubah yang merupakan surat Madaniyah terdapat 2 ayat Makkiyah yaitu 2 ayat terakhir di surat tersebut. Ayat-ayat Madaniyah dalam surat Makkiyah Misalnya surat Al-An’am. Ibnu Abbas berkata surat ini diturun sekaligus di Mekah, maka ia adalah Makkiyah, kecuali tiga ayat yang diturunkan di Madinah, yaitu ayat 151 – 153. ۞قُلۡ تَعَالَوۡاْ أَتۡلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمۡ عَلَيۡكُمۡۖ أَلَّا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡٔٗاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗاۖ وَلَا تَقۡتُلُوٓاْ أَوۡلَٰدَكُم مِّنۡ إِمۡلَٰقٖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُكُمۡ وَإِيَّاهُمۡۖ وَلَا تَقۡرَبُواْ ٱلۡفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنۡهَا وَمَا بَطَنَۖ وَلَا تَقۡتُلُواْ ٱلنَّفۡسَ ٱلَّتِي حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلۡحَقِّۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ ١٥١ وَلَا تَقۡرَبُواْ مَالَ ٱلۡيَتِيمِ إِلَّا بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ حَتَّىٰ يَبۡلُغَ أَشُدَّهُۥۚ وَأَوۡفُواْ ٱلۡكَيۡلَ وَٱلۡمِيزَانَ بِٱلۡقِسۡطِۖ لَا نُكَلِّفُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۖ وَإِذَا قُلۡتُمۡ فَٱعۡدِلُواْ وَلَوۡ كَانَ ذَا قُرۡبَىٰۖ وَبِعَهۡدِ ٱللَّهِ أَوۡفُواْۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ ١٥٢ وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِي مُسۡتَقِيمٗا فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِيلِهِۦۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٥٣ Juga terdapat di surat Al-Hajj adalah Makkiyah. Tetapi, ada tiga ayat yang Madaniyah, yaitu ayat 19-21. Contoh lain di surat Al-A’rof 163, surat Ibrahim 28-29, surat An-Nahl 1-41, Al-Isra 76, dan surat Al-Kahfi 28. Ayat-ayat tersebut merupakan ayat Madaniyah yang terdapat dalam surat Makkiyah.[1] Ayat yang diturun di Mekah namun hukumnya Madaniyah. Misalnya surat Al-Hujurat; Ayat 13, يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣ Ayat ini diturunkan di Mekah pada hari penaklukan kota Mekah, tetapi sebenarnya Madaniyah karena diturunkan setelah hijrah. Disamping itu, seruannnya pun bersifat umum. Ayat ini oleh para ulama dinamakan Makkiyah dan juga dinamakan Madaniyah secara pasti. Tetapi mereka mengatakan; ayat yang diturunkan di Mekah namunnya Madaniyah. Misal yang lain terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 3 turun pada Rasulullah SAW di Mekah, tetapi hukumnya Madaniyah karena turun setelah hijrah. Dan surat An-Nisaa ayat 58, ayat ini juga turun pada peristiwa fathu Mekah namun tetap hukumnya Madaniyah karena turun setelah hijrah. Ayat yang diturunkan di Madinah tetapi hukumnya Makkiyah. Mereka memberi contoh dengan surat Al-Mumtahanah. Surat ini diturunkan di Madinah dilihat dari segi tempat turunnya, tetapi seruannya ditujukan kepada orang musyrik penduduk Mekah. Juga seperti permulaan surat Bara’ah At-Taubah yang diturunkan di Madinah, tetapi seruannya ditujukan kepada orang-orang musyrik penduduk Mekah. Ayat yang serupa dengan yang diturunkan di Mekah dalam kelompok Madaniyah. Yang dimaksud para ulama disini adalah ayat-ayat yang terdapat pada Madaniyah tetapi mempunyai gaya bahasa dan ciri seperti Makkiyah. Contohnya firman Allah SWT dalam surat Al-Anfal ayat 32 yang Madaniyah. وَإِذۡ قَالُواْ ٱللَّهُمَّ إِن كَانَ هَٰذَا هُوَ ٱلۡحَقَّ مِنۡ عِندِكَ فَأَمۡطِرۡ عَلَيۡنَا حِجَارَةٗ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ أَوِ ٱئۡتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٖ ٣٢ Hal ini dikarenakan permintaan kaum musyrikin untuk disegerakan azab adalah di Mekah. Ayat yang serupa dengan yang diturunkan di Madinah dalam kelompok Makkiyah Yang dimaksud ulama disini kebalikan dari sebelumnya. Mereka mencontohkan dalam surat An-Najm. Ayat 32 ٱلَّذِينَ يَجۡتَنِبُونَ كَبَٰٓئِرَ ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡفَوَٰحِشَ إِلَّا ٱللَّمَمَۚ إِنَّ رَبَّكَ وَٰسِعُ ٱلۡمَغۡفِرَةِۚ هُوَ أَعۡلَمُ بِكُمۡ إِذۡ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلۡأَرۡضِ وَإِذۡ أَنتُمۡ أَجِنَّةٞ فِي بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡۖ فَلَا تُزَكُّوٓاْ أَنفُسَكُمۡۖ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ ٣٢ Ayat yang dibawa dari Mekah ke Madinah Contohnya ialah dalam surat Al-A’la. Dari hadits riwayat Al-Bukhari dari Bara’ah bin Azib yang mengatakan, “Bahwa yang pertama kali datang kepada kami dikalangan sahabat Nabi adalah Mush’ab bin Umair dan Ibnu Ummi Maktum. Keduanya membacakan Al-Qur’an kepada kami, setelah itu datanglah Ammar, Bilal, dan Sa’ad. Kemudian datang pula Umar bin Khattab sebagai orang nomor yang kedua puluh. Baru setelah itu datang Nabi. Aku melihat penduduk Madinah bergembira setelah aku membaca “Sabbihisma robbikal a’la”. Ini artinya membenarkan apa yang dibawa oleh Kaum Muhajirin dari Al-Qur’an dan mengajarkan Kaum Anshar. Ayat yang dibawa dari Madinah ke Mekah Contohnya dari awal surat Bara’ah, yaitu ketika Rasulullah memerintahkan kepada Abu Bakar untuk pergi haji pada tahun ke sembilan dan hal ini pun disampaikan kepada kaum Musyrikin bahwa tahun itu tidak seorang pun orang musyrik boleh berhaji. Ayat yang turun di waktu malam dan waktu siang Kebanyakan ayat turun pada siang hari dan yang diturunkan pada malam hari, Abu Qosim Al-Hasan bin Muhammad bin Habib An-Naisaburi telah menelitinya. Contoh diantaranya adalah bagian-bagian akhir surat Ali Imron, bagian awal surat Al-Fath. Ayat yang turun di musim panas dan musim dingin Para ulama memberi contoh ayat yang turun di musim panas ayat tentang Kalalah’ yang terdapat di akhir surat An-Nisa’. Contoh lain ialah ayat-ayat yang turun dalam perang Tabuk, yang terjadi pada musim panas yang berat sekali seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 81. Sedangkan musim dingin mereka mencontohkan dengan ayat-ayat mengenai “tuduhan bohong” yang terdapat dalam surat An-Nur “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah darigolongan kamu….” Sampai dengan bagi mereka ampunkan dan rezeki yang mulia. An-Nur 11-26[2] Ayat yang turun di waktu menetap dan perjalanan Mayoritas ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur’an turun pada saat Nabi Muhammad SAW dalam keadaan menetap. Akan tetapi, karena kehidupan Rasulullah SAW tidak pernah lepas dari jihad dan peperangan di jalan Allah, maka wahyu pun pernah turun dalam peperagan tersebut. Contohnya awal surat Al-Anfal yang turun pada waktu perang Badar.[3] [1] Amir Abdul Aziz, Dirasaat Fii Uluum Al-Qur’an Beirut, Daar Al-Furqon, 1983 hal 62-63. [2] hal. 57 [3]Hasbi As-Shidiqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/ Tafsir Jakarta Bulan Bintang,1990, hal. 64 AyatMakkiyah dipandang sebagai ayat universal yang kekal dan ayat Madaniyah merupakan ayat bersifat diskriminatif dan temporal. Hal inilah yang menjadikan penulis tertarik untuk mengupas pola pembaharuan dalam corak tafsir fikih yang ditawarkan oleh Prof. Dr. Abdullah Ahmad an Na’im. 54 Jurnal Syahadah Pola Baru Dalam Corak Tafsir Fikih Al-Qur’an adalah pedoman hidup yang wajib diketahui setiap muslim untuk menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sekadar mengetahui dan menghafalnya saja tidak cukup, kita juga harus dapat memahami isinya secara komprehensif. Bagi para sahabat yang hidup di masa Rasul, memahami Al-Qur’an terbilang lebih mudah. Selain karena bahasa yang digunakan adalah bahasa ibu mereka, Rasulullah masih ada untuk menjelaskan dan mengoreksi pemahaman mereka. Ketika agama Islam telah berkembang dan dianut oleh masyarakat di luar jazirah Arab, maka upaya memahami Al-Qur’an melahirkan berbagai disiplin ilmu. Seperti ilmu tafsir, ilmu qiroah, dan seterusnya. Salah satu ilmu yang perlu dipelajari untuk memahami Al-Qur’an adalah ilmu tentang ayat Makkiyah dan Madaniyah. Pemahaman tentang hal ini penting karena memberikan dampak pada penafsiran kandungan Al-Qur’an. Apa Itu Konsep Makkiyah dan Madaniyah? Nama Makkiyah dan Madaniyah diambil dari kata Makkah dan Madinah. Makkah sebagai tempat Rasulullah dinobatkan sebagai utusan-Nya dan tempat beliau berinteraksi dengan kaum Quraisy, serta Madinah sebagai tempat Rasulullah berhijrah. Ayat-ayat Makkiyah diturunkan lebih awal daripada ayat-ayat Madaniyah. Metode Makkiyah dan Madaniyah ini akan sangat relevan apabila dihubungkan dengan perjalanan dakwah Nabi yang berlangsung selama 23 tahun. 13 tahun pertama berada di Makkah, dan 10 tahun terakhir berada di Madinah. Kedua kata ini ditambahkan dengan “iyah” sebagai sebutan penisbahan. Fungsi dari nisbah yang juga bisa disebut sebagai atribut ini adalah untuk menerangkan secara spesifik tempat tersebut. Konsep Makkiyah dan Madaniyah digunakan untuk memberikan pemahaman tentang kronologi latar belakang ayat. Manakah ayat yang turun lebih dahulu, dan mana yang lebih belakangan. Ini terkait dengan konsep nasikh dan mansukh dalam Al-Qur’an, mana ayat yang menghapus dan mana ayat yang dihapus. Ciri-Ciri Surat Makkiyah Makkiyah cenderung bersifat qasir pendek, seperti surat al-Alaq, al-Muzammil, al-Mudatsir, dan lain-lain. Sedangkan Madaniyah bersifat tiwal panjang, seperti al-Baqarah, al-Maidah, dan seterusnya. Pada ayat-ayat Makkiyah, kita dapat menemukan lafal kalla ingatlah. dan surat-surat yang diawali dengan huruf tahajji alfabet hijaiyah. Huruf tahajji adalah yang mana maknanya tidak bisa diketahui, wallahu alam, Allah lebih tahu terhadap maksud dan tujuannya. Contohnya seperti pada surat Qaf “qaf”, Maryam “kaf ha ya ain shod”, al-Baqarah “alif lam mim”, Luqman “alif lam mim”, dan masih banyak lagi. Dalam surat Makkiyah juga terdapat ayat-ayat sajdah, ayat yang mana kita disunnahkan untuk bersujud tilawah setelah melantunkannya. Surat yang banyak mengandung kisah para nabi dan umat-umat terdahulu juga relatif dikategorikan sebagai bagian dari Makkiyah. Dakwah Rasulullah di Makkah juga lebih melingkupi aspek tauhid, akidah, dan penanaman akhlak mulia, meski ada pula ibadah yang diperintahkan pada saat di Makkah. Sehingga, ayat Makkiyah lebih banyak berbicara tentang hal-hal tersebut. Karena masyarakat yang dihadapi oleh Rasulullah pada saat itu adalah kaum Musyrikin di Makkah, ayat Makkiyah pada umumnya menggunakan kata “yaa ayyuhannaas”. Sebagai contoh, Juz 30 didominasi dengan surat-surat Makkiyah. Alasannya dikarenakan mayoritas suratnya yang bersifat qasir dan penurunan ayatnya yang terjadi di Makkah. Surat Makkiyah juga banyak menceritakan tentang kemusyrikan serta adat istiadat buruk kaum Quraisy dari segi pengisahan, bukan dari segi hukum. Meskipun begitu, tidak semua surat dalam Al-Qur’an adalah mutlak Makkiyah sepenuhnya, maupun sebaliknya. Ada pula surat seperti al-Hajj, surat Madaniyah yang mengandung sejumlah ayat Makkiyah. Ciri-Ciri Surat Madaniyah Sementara itu, dakwah Rasulullah ketika di Madinah lebih menekankan pada aspek muamalah dan pembangunan peradaban, juga membahas hubungan horizontal antara sesama manusia. Ibadah-ibadah yang lebih kompleks seperti salat Jum’at, juga diperintahkan di Madinah. Karena yang dihadapi oleh Rasulullah adalah masyarakat muslim, maka ayat-ayatnya biasanya menggunakan kata “yaa ayyuhalladziina aamanu…”. Contohnya seperti surat al-Anfal dan surat An-Nisa. Surat atau ayat Madaniyah juga banyak mengemukakan bukti dan argumentasi secara logis mengenai kebenaran tentang agama berdasarkan logika. Tiga Unsur Perspektif Pembeda Makkiyah dan Madaniyah Terdapat tiga unsur perspektif yang membedakan surat atau ayat Makkiyah dan Madaniyah. Para ulama meninjau ayat-ayat serta surat dan Al-Qur’an, kemudian mengklasifikasikannya sebagai Makkiyah dan Madaniyah, melalui unsur-unsur berikut. Pertama, tinjauan dari segi waktu. Makkiyah merupakan surat atau ayat yang turun sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Sedangkan Madaniyah sebaliknya, ia mengkategorikan surat atau ayat yang turun setelah Nabi hijrah ke Madinah. Kedua, tinjauan dari segi tempat. Seperti namanya, Makkiyah mencakup surat atau ayat yang diturunkan di kota Makkah. Dan Madaniyah mencakup surat atau ayat yang diturunkan di kota Madinah. Ketiga, tinjauan dari segi khitob. Khitob adalah sasaran atau tujuan. Dalam kasus ini, khitob yang dimaksud adalah ke penduduk mana ayat atau surat ini diturunkan. Di Makkah, atau di Madinah? [] Denganini kalian dapat belajar soal ini bisa secara online melalui blog ini atau secara offline. Soal PAT PAI Kelas 2 Semester 2 Kurikulum 2013 Berikut jumlah soal PAT PAI (Pendidikan Agama Islam) Kelas 2 Semester genap K13 yang kami sampaikan, jumlah soal pilihan ganda ada 20 butir soal, soal essay atau jawab singkat ada 10 butir soal dan